Rabu, 24 Maret 2010

Sarjana Jualan Penthol "Bakso"

Sebut saja namanya Panto, ya kemarin pas silahturahim ke salah satu teman SMA saya, saya mendapat kabar nyata yang luar biasa. Bayangkan seorang sarjana universitas negeri ternama di surabaya, bahkan berasal dari pas sma nya di pondok pesantren modern yang ternama di Jawa Timur setelah lulus malah menekuni wirausaha sebagai penjual pentol bakso. Awalnya hal ini dilakukan seorang diri. Sambil menunggu pembeli yang kebanyakan anak-anak kecil, masih dengan hobi buka laptop dan menggunakan modem untuk browsing internet, mungkin inilah satu-satunya penjual pentol yang mengefektifkan waktunya dengan mengup grade ilmu dengan menjelajah dunia maya. Boleh Harga pentol hanya seratus rupiah tapi semangat keilmuannya mungkin boleh jadi bermilyar-milyar rupiah. Impiannya bisa mengumpulkan uang 10 milyar walaupun kalo ditanya kenapa harus 10 milyar jawabannya menthok ya yakin begitu saja.

Uniknya, pas pertama kali dagang pentol dengan rombong, yang beli adalah anak SD. Udah gitu, dipanggilnya "Lek..lek...penthole lek!!!" (Pak Lek Pak Lek beli pentolnya). Hati mana yang tidak miris. Dulu semasa di kampus panggilannya mahasiswa, mas, mbak, eh malah sekarang pak lek. Tapi hal ini dijalaninya dengan tabah. Belum lagi kadang anak SD beli seribu ngambilnya dua ribu tapi seribunya lagi mbayarnya nanti pas pulang sekolah. Halaaah nak...nak... Udah gitu minta bonus ekstra karena dah beli dua ribu. Padahal yang beli lima ribu aja gak dapat bonus.

Itulah sepenggal awal-awal sarjana yang merontokan gengsi akademisnya untuk menunjukkan dia bukan beban negara yang namanya pengangguran. Sekarang dia sudah tidak menunggui dagangan pentolnya lagi. Sudah punya tiga karyawan yang alhamdulillah sudah setor rutin 2 juta per bulan. Dia hire pemuda kampung ke surabaya dengan kerja nungguin dagangannya dengan upah sehari 30 ribu rupiah. Bahkan info terakhir dia dah buka selain di surabaya, sudah ada juga di Waru dan Sidoarjo. Sungguh luar biasa.

Pas kita ngobrol ternyata anaknya juga asyik, ramah dan penuh ide gila untuk menciptakan peluang-peluang bisnis. Dia ditemani satu temannya di pesantren dulu yang sekarang kuliah di ITB dan jago bikin mesin terutama hardware ternyata sudah bisa mendeteksi gelombang kentut atau bau mulut tak sedap dengan menggunakan frekuensi. Sebut saja teman Panto ini adalah James yang ternyata jago bikin solar cell atau alat listrik tenaga sinar matahari. Ceritanya yang mau dikembangin adalah bagaimana membuat nisan yang bisa memperdengarkan ayat suci Al Qur'an buat si mayit di dalam kubur. Yaa supaya lapang disana. Dengan beberapa surat tertentu yang sudah termaktub di dalam hadist. Nah biar hemat siangnya menggunakan energi surya sehingga bisa otomatis. Alat ini diprediksi bisa bertahan hingga sepuluh tahun. Tujuannya sangat mulia yakni nisan yang bisa memperdengarkan ayat-ayat kitab suci. Bahkan bisa direkam juga dari sanak keluarganya.

Pokoknya pas ketemu Panto, pikiran saya menjadi liar untuk berkreativitas menemu dan mencipta alat. Sekaligus bagaimana memasarkannya. Satu lagi. Sebenarnya pas kejadian itu, kita lagi habis sholat jamaah isya pada malam hari. Saya dapat juga inspirsi kesuksesan yang saya kasih judul "Inspirasi JUS Jeruk". Hal ini gara-gara membaca buku Dahlan ISkan yang bercerita tentang Ganti Hati, proses operasi beliau saat di China untuk mentransplantasi liver nya. Saat berdoa minta kesembuhan bingung. Jangan-jangan kita ini sering meminta saja pas dikala susah. Tapi gak mau berusaha sekuat tenaga dengan otak yang luar biasa sudah dikasih Tuhan Sang Pemilik alam semesta.

Intinya, saat kita berdoa, boleh jadi Tuhan sudah memberikannya semuanya kepada kita, cuma kita tidak "meilhat". Misalnya, kita berdoa minta jus jeruk. Boleh jadi Tuhan tidak memberi ujuk-ujuk segelas jus jeruk segar dan enak dari langit. Tapi Tuhan sudah mengkasih jeruk di bumi, ada pisau yang untuk mengupasnya, ada jus blender yang tinggal dinyalain, ada gelasnya juga yang siap kita pakai. Sebenarnya saat kita bedoa, kita hanya disuruh Tuhan untuk bekerja "sedikit" untuk mewujudkannya, karena Tuhan sudah menyediakan itu semua.

Bahkan kita sering berkata doa ku tidak dikabulkan. Boleh jadi kita yang tak tahu diri, padahal sudah dikasih, tapi saking malasnya dan tidak berbuat apa-apa sehingga akhirnya tidak ada yang terjadi. Nah, terakhir akan saya kutip kata-kata Adi W Gunawan, sang Mindset Navigator yang bilang berdoa adalah perbuatan. Seringkali doa kita ini hanya kata-kata, padahal esensi dari doa adalah perbuatan. Saat kita berdoa ingin pinter namun kita masih malas belajar, maka sebenarnya doa kita adalah ingin bodoh. Saat kita doa ingin kaya, tapi masih suka bangun siang dan tidak kerja keras mencari rizki Allah dengan usaha dan tindakan kita maka sebenarnya kita berdoa untuk miskin.

Kenapa cerita sarjana pentol berakhir ke doa. Ya, karena dia mengakui jujur segala kesuksesanya juga berkat doa. Sekian ya...

1 komentar:

  1. wah boleh dicoba nih pentolnya, boleh kasih alamatnya dong mimin,
    xaddalijo@yahoo.com

    BalasHapus