Rabu, 17 Maret 2010

JOSS Vision































Setiap perusahaan pasti memiliki visi. Visi adalah sebuah tujuan yang mulia, ideal dan selalu menjadi dambaan. Tak heran visi menjadi sumber energi yang membuat kobaran tenaga untuk terjun mewujudkan dengan segala daya, upaya dan pengorbanan. Sangat tepat tulisan visi ini digambarkan dengan sosok burung elang. Seperti yang kita tahu, elang adalah binatang pemangsa yang memiliki indera penglihatan yang sangat tajam. Walau dari ketinggian langit, dia mampu melihat mangsanya di dataran bumi. Dia siap meluncur jatuh sambil paruhnya yang kuat siap menerkam ditambah taring-taring kakinya yang siap menukik dan menikam. Tak jarang, buruan selalu dapat disasarnya.

Visi adalah kemampuan melihat. Namun bedanya, visi adalah melihat dengan pikiran. Beda dengan sekadar melihat yang hanya menggunakan indera mata yang terbatas dan sering kehalang pandang. Tak mampu melihat dibalik tembok. Tak sanggup mengintip di dalam gelap. Dan tak efektif menerawang dalam siang dan cahaya yang sangat benderang. Visi adalah melihat dengan pikiran. Pikiran yang dikaruniai dengan kemampuan daya jangkau melihat yang tak terbatas. Bahkan yang tidak ada di dunia nyata pun dapat hadir dalam dunia maya pikiran. Apa yang tak mungkin di dunia bisa menjadi mudah terbayang di dunia pikiran. Oleh karenanya visi adalah melihat dengan pikiran.

Reza M Syarif, seorang Super trainer pemegang rekor MURI training motivasi terlama di Indonesia, dan sempat beberapa kali saya, Akhmad Basori SE, Motivator JOSS Indonesia, mengikuti training-trainingnya sempat memberikan wejangannya keuntungan orang yang mempunyai visinya. Semoga dengan dituangkan kembali dalam tulisan ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan terus berguna,

Pertama, orang yang punya visi dia akan memiliki nilai tambah. Ya, benar sekali. Misal, sama-sama ada siswa SMA. Belajarnya sama, satu sekolah, gurunya sama, namun boleh jadi berbeda pemaknaannya. Satu siswa yang tidak punya visi ini akan belajar hanya sekadar belajar untuk mendapat nilai bagus, menyenangkan orang tua, berpuas diri dan selesai. Nah itu melihat dengan mata, bukan visi. Namun satu siswa lagi belajar dengan visi. Inilah investasi saya untuk menjadi seorang dokter yang pintar sehingga dapat menyembuhkan banyak orang. Nilai yang bagus tidak hanya bermakna sembilan. Dia mampu melihat dengan pikiran, nilai bagusnya ini menjadi senyuman banyak orang miskin yang sakit. Karena nantinya mereka terbantukan, tidak terjadi salah obat, mall praktik atau malah salah diagnosis hanya gara-gara kekurangpintaran doketer.

Selain itu, orang yang bervisi tidak cepat menyerah saat menemui kesulitan-kesuliatan. Seperti orang membangun pondasi rumah. Begitu jugalah visi dibangun. Orang yang tidak bervisi membangun pondasi ya pondasi. Abis selesai ya sudah. Orang yang bervisi mampu bercerita. Disini nantinya akan dibangun gedung berlantai 25 dengan puncak menara berlafazkan Allah. Menjulang tinggi ke angkasa dan tanda kebangkitan moral bangsa. Itu seperti visi menara 165 gedung ESQ. Orang yang bervisi menganggap kesulitan adalah harga wajib yang harus dibayar untuk meraih kesuksesan. Orang tidak bervisi, dia hanya melihat kesulitan saja, tidak bisa menemukan itu semua akan bermuara dan bertuju ke apa.

Kedua, visi membuat orang bisa memprediksi masa depannya. Ya, seakan-akan peramal. peramal buat masa depan kita sendiri. Bukankan kita saat ini adalah hasil perbuatan dan tindakan kita masa lalu. Dan apa yang kita lakukan sekarang akan membuahkan hasil di masa depan. Ya, dengan punya visi seakan-akan takdir hidup kita juga turut serta merancangnya selain Tuhan yang juga memberi restu dan melapangkan jalan. Bukankan saat kita sukses juga bagian dari kehendak Tuhan yang begitu sayangnya telah menciptakan kita dan menginginkan kita untuk selalu bahagia. Ya...

Ketiga, orang bervisi akan selalu merasa senang, nyaman dan tenang. Dia tahu apa yang dia mau. Dia ikhlas, rela, bekerja keras karena hidupnya sudah ada tujuan. Segala derita dan merana yang terjadi dapat lapang dijalaninya karena dia punya tujuan yang jauh lebih mulia. Ya. kesenangan yang tidak dapat dinikmati oleh orang yang tidak bervisi.

Terakhir kenapa Robert Kiyosaki, penulis buku best seller dunia Rich dad poor dad masuk dalam gambar? Karena dialah juga yang menginspirasi saya akan visinya untuk hidup kaya raya dan bebas finansial. Dia tipikal orang yang tidak mau menjadi pekerja dengan menjual ijazah yang diperolehnya. Cita-citanya ingin berwiraswasta dengan usaha sendiri. Semua tercapai dengan bukunya yang laris manis dan permainan eduktifnya yang terjual habis.

Tahu tidak, awal-awal dia hidup menderita bahkan sampai sembilan bulan lamanya. Bersama istrinya lagi, bekerja asal bekerja yang penting dapat uang tuk mengganjal perutnya semata. Bahkan tidak mampu bayar kontrakan sehingga harus menumpang tidur di garasi mobil temannya. Hal ini berakhir sudah setelah bukunya rampung dan terjual laris mendunia. Dia tahu cara orang kaya berpikir dan dia tuliskan, praktikkan dan jadilah kaya dia. Ternyata kaya pun hasil dari visi. Sekarang, sudahkan kita menjadikan pintar, berprestasi, bergelimpang harta sebagai visi????

salam joss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar